Cooking And Cooking Inovation

Cooking And Cooking Inovation
  
Saya ter ingat waktu masih Sekolah dasar kelas 6 dan saya putus sekolah , setiap hari harus memasak makanan untuk keluarga dan juga memasak Nasi Kuning untuk di jual di sekolah yang berdekatan dengan rumah, seandainya saat itu aku punya camera pasti aku mengabadikan saat aku sementara berjualan nasi kuning di samping Bak sampah yang tidak ada sampah nya, tepatnya di bawah pohon kelapa , kalo saat ini tempat sampah sudah ngak ada .
Karena Ekonomi keluarga yang tidak mampu akhirnya aku terputus sekolah sementara waktu saat itu. mengenang hari-hari itu, bisa membuat air mata saya menetes bahagia, karena sekarang sudah tidak seperti itu.

Memasak nasi kuning ,sambal dan peneman lain nya dan menjual satu piring harga nya Rp.75,- tidak pake sambal, Rp.100,- pake sambal, dan Rp.150,- pake sambal dan kerupuk.
Nasi kuning yang saya buat itu merupakn nasi kuning ciri khas keluarga yang tidak bisa di buat oleh orang lain. Coba kita lihat nasi kuning saat ini, pasti di makan dengan Telur, ikan dan sebagainya, barulah terasa enak di nikmati.
Dapatkah anda Bayangkan Makan nasi kuning hanya dengan sambal dan kerupuk tapi enak nya luar biasa???....
Ber awal dari situlah aku mulai mencintai dunia kuliner, hingga saat ini. Setelah belajar memasak selama tiga tahun di sekolah menengah kejuruan dan mendapatkan nilai terbaik dalam pengolahan bahan makanan, akhirnya memudahkan saya menuju karir yang baik.

Namun kita semua ketahui bahwa sebuah  kesuksesan itu hanyalah sementara saja, dan kesuksesan yang lain sementara menanti kita di hari depan.

Saat ini saya berupaya bekerja dengan baik, pindah kerja dengan tujuan untuk mencari jenis makanan atau berusaha menciptakan resep-resep makanan baru, sehinga koleksi makanan dalam dunia kuliner bisa bertambah banyak.

Saya mempelajari perkembangan kuliner dan menyatakan bahwa apabila kita bekerja di satu tempat saja, kita sama mirip seperti katak berada di bawa tempurung, melihat dunia sekitar dalam keadaan terbatas, meskipun browsing di internet, tetap saja pemikiran kita belum sepenuhnya bisa melihat dunia kuliner yang nyata.

Namun ketika dari tempat yang satu ke tempat yang lain kita ber-migrasi, maka neuron otak kita lebih leluasa mencerna dan menghubungkan apa yang di inginkan oleh hati kita menuju kepada kepuasan bathin dalam ber inovasi dalam menjalankan tugas dan pekerjaan kita.